Jumat, 19 November 2010

Finding Sista


Kaget. Hampir setahun lebih hal itu terjadi dan kini hal serupa terjadi lagi. Dan aku masih saja belum bisa lepas dan tidak kaget.

When I was a little girl I have none to play with except boys. Their life is cheerful so I played with them. Ian is a christian but he has so many toys and his aunty was very kind to me. One thing that I can remember is he often give me some jelly and we play with the cups of jelly. It’s funny. So, I often spend much time to play with him in his house. But, one time… his mother pick him up. Someone said he has moved. And I think It’s the first time I lost my friend.
After Ian had gone, I found two little boys to play with, Fajar and anwar, both are my neighbor.  We play what the little boys play. Bicycling, playing card, car, ball, and sometime we fight. Together we buy some snack, go to the market, climb some three, go to the festival and walking to village near by our house. We’re so happy.  

Menjadi lelaki… tidak, tentu saja tidak! Saya kecil pada akhirnya tentu saja tumbuh menjadi seorang gadis. Tapi tentu saja sepuluh tahun memiliki teman dekat laki-laki membuat saya tidak bisa serta merta jatuh cinta pada dunia yang seharusnya saya cintai. Heran, aneh, dan tidak terbiasa. Tidak terbiasa pada geng main yang harus setia, kemana-mana bareng, pake sesuatu yang sama. Tidak terbiasa dengan pakaian indah berbunga-bunga berenda-renda mengkilat berkilau modis. Tidak terbiasa dengan keinginan tampil cantik layaknya putri kerajaan atau bidadari yang turun dari langit. Tidak terbiasa dengan ngefans sama artis idola. Tidak terbiasa nyanyi lagu lagu cinta.
Tidak terbiasa dengan tiba tiba jatuh hati pada seorang laki-laki yang dianggap keren dan lalu pacaran… bagi saya laki laki tu ya idupnya gitu gitu aja, saya udah biasa ada dalam kehidupan mereka, apanya sih yang Spesial?? Mereka tu jail, iseng, males, sukanya seneng seneng… (krik, lalu selama ini ternyata aku berada dalam kehidupan yang seperti itu ya….hehe)
Yang jelas dunia baru itu membuat saya bimbang… mau bergabung main dengan laki-laki lagi kok rasanya gak mungkin… mau bergabung main dengan cewek-cewek kok rasanya gak menarik, bahkan obrolannya saya gak nyambung, sinetron di TV, saya ga pernah nonton. AFI apalagi. Ngomongin temen lain saya gak kenal, main ke rumah temen jauh, ke pasar gak punya uang…. Dan paling sebel kalau udah ngomongin cinta. STOP! Aku mau pulang saja… tiduran, dengerin radio sambil baca buku. Begitulah Saya dengan segala kekuperan dan ketidak tertarikannya pada duniaku sendiri.

Tujuh belas tahun usiaku waktu itu… aku masih sendiri berkutat dalam diam.

Itu tujuh belas tahun dan aku tersadar. Aku akan lulus SMA dan kuliah. Menjalani hidup layaknya orang dewasa. Aku ingin menjadi duniaku. Aku ingin menjadi hakikatku sebagaimana aku terlahir sebagai wanita. Aku butuh figur…. Untuk mengayomi dan berbagi, untuk diteladani. Kakak, ya aku ingin seperti engkau yang anggun, religius, cerdas dan santun. Kuharap selepas SMA kita bisa bersama. Karena kita telah lama berpisah. Engkau terdidik untuk menjadi pribadi yang istimewa. Jarang kita menghabiskan waktu kecil kita bersama. Karena kutahu kau kecil telah mengemban begitu banyak tugas. Belajar untuk dirimu. Mengasuh dinda, membantu ibu membereskan rumah, memasak dan mencuci.  Usia kita terpaut cukup jauh, 5 tahun. Sehingga engkau telah beranjak remaja ketika kuajak bermain ala kanak-kanak. Ketika itu, aku kelas empat SD… tak sadar bahwa kita tak lagi punya waktu panjang bersama untuk saling memahami dan berbagi.  Aku SMP dan kau kuliah. Kuberkoar-koar begitu bangganya punya kakak yang berkuliah di fakultas kedokteran.
Ya, itu semua sebelum aku berusia tujuh belas tahun…

Dan Ketika tujuh belas tahun segalanya berubah… 

Seorang laki laki tak dikenal datang begitu saja dan menikahi kakak. Begitu tiba tiba, hanya kabar dari orang lain…
Ketika Ayah datang, ia disambut dengan murka mengapa ia mengizinkan lelaki itu seenaknya mengambil kakak dari kami…
… ketika seorang wanita menikah, maka lepaslah tanggung jawab orang tua atasnya…
…Tega, mengapa engkau yang telah membesarkannya, mendidiknya, menyekolahkannya, sampai saat ini lalu begitu saja membiarkannya diambil oleh orang yang tidak dikenal? Siapa yang akan menjamin hidupnya bila tanggung jawabmu telah lepas atasnya...
Sebenarnya saya hanya takut, takut untuk kehilangan, belum siap menerima kehilangan yang secepat itu
… tidak ada murka akan apa yang telah ditetapkan dalam lauh mahfudznya Allah…
… ini bukan zaman siti nurbaya… beliau menimpali. (ini zaman siti nurhaliza… hehehe) 

Beberapa hari setelahnya
…Aku akan menemanimu dik, di sisa waktuku di kota itu…  Janjinya.
Ia menepati janjinya. Dan Saya manusia yang selalu saja merasa kurang. Merasa bahwa ia begitu terpalingkan dengan kesakitannya. Merasa bahwa ia terpalingkan dengan hidup barunya.  

Saya mencintaimu, terimakasih telah membuatku belajar sendiri. 

Setahun lebih berselang……

She appeared seems like bring new hope for me to learn more and share with. Many people said It’s wonderful to be with her because she is so kind and friendly.  Need time to be ready having new roommate, especially that many people said that she is bla bla bla and bla bla bla. I hope she will someone right after my sister no longer accompany me. As my experience before, I’m always feel unmatch and bored. And the most important thing, of course… learning to have manner such she’s done.
She has nice speech
Neat but sometimes untidy yet still we can say it’s neat
Smart, yeah… we can know it when she’s define something
Has so many book, show that she has so much knowledge
No doubt about her religious side cause she grown up in very religious family and also very active in religious activity.
 As new person to room with, so many refusal and annoyed things found. Despite it, I was still hoping in her.  Hoping we can spend time together to talk about many things. Sharing what I think with her. Going somewhere together, like sister.
Hope, yeah It’s just become a dream when the truth come.
Finally, after keeping secrets for many days… She told me that she’ll get married.
What a shocking day!
Then, she just go like wind blow.
If I could choose before, I would choose not to  know her since the first time because I wouldn’t hope and lost it after.
Let the wind blow…
Let it go…
Let them go with their marriage…
And let me alone…

Finding somehow and someone else teaching to be a women

A weak little girl
Nida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar