Rabu, 15 Desember 2010

Kenapa Harus Wanita Shalihah? (agak Lebai, tapi bener...)

Oleh: Yusuf Al Bahi
Terkadang orang heran dan bertanya, kenapa harus mereka?
Yang bajunya panjang, tertutup rapat, dan malu-malu kalau berjalan..
Aku menjawab.. Karena mereka, lebih rela bangun pagi menyiapkan sarapan buat sang suami dibanding tidur bersama mimpi yang kebanyakan dilakukan oleh perempuan lain saat ini..
Ada juga yang bertanya, mengapa harus mereka?
Yang sama laki-laki-pun tak mau menyentuh, yang kalau berbicara ditundukkan pandangannya.. Bagaimana mereka bisa berbaur…
Aku menjawab.. Tahukah kalian.. bahwa hati mereka selalu terpaut kepada yang lemah, pada pengemis di jalanan, pada perempuan-perempuan renta yang tak lagi kuat menata hidup. Hidup mereka adalah sebuah totalitas untuk berkarya di hadapan-Nya.. Bersama dengan siapapun selama mendatangkan manfaat adalah kepribadian mereka.. Untuk itu, aku menjamin mereka kepadamu, bahwa kau takkan rugi memiliki mereka, kau takkan rugi dengan segala kesederhanaan, dan kau takkan rugi dengan semua kepolosan yang mereka miliki.. Hati yang bening dan jernih dari mereka telah membuat mereka menjadi seorang manusia sosial yang lebih utuh dari wanita di manapun..
Sering juga kudengar.. Mengapa harus mereka?
Yang tidak pernah mau punya cinta sebelum akad itu berlangsung, yang menghindar ketika sms-sms pengganggu dari para lelaki mulai berdatangan, yang selalu punya sejuta alasan untuk tidak berpacaran.. bagaimana mereka bisa romantis? bagaimana mereka punya pengalaman untuk menjaga cinta, apalagi jatuh cinta?
Aku menjawab..
Tahukah kamu.. bahwa cinta itu fitrah, karena ia fitrah maka kebeningannya harus selalu kita jaga. Fitrahnya cinta akan begitu mudah mengantarkan seseorang untuk memiliki kekuatan untuk berkorban, keberanian untuk melangkah, bahkan ketulusan untuk memberikan semua perhatian.
Namun, ada satu hal yang membedakan antara mereka dan wanita-wanita lainnya.. Mereka memiliki cinta yang suci untuk-Nya.. Mereka mencintaimu karena-Nya, berkorban untukmu karena-Nya, memberikan segenap kasihnya padamu juga karena-Nya… Itulah yang membedakan mereka..
Tak pernah sedetikpun mereka berpikir, bahwa mencintaimu karena fisikmu, mencintaimu karena kekayaanmu, mencintaimu karena keturunan keluargamu.. Cinta mereka murni.. bening.. suci.. hanya karena-Nya..
Kebeningan inilah yang membuat mereka berbeda… Mereka menjadi anggun, seperti permata-permata surga yang kemilaunya akan memberikan cahaya bagi dunia. Ketulusan dan kemurnian cinta mereka akan membuatmu menjadi lelaki paling bahagia..
Sering juga banyak yang bertanya.. mengapa harus mereka?
Yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca Al-Qur’an dibanding ke salon, yang lebih sering menghabiskan harinya dari kajian ke kajian dibanding jalan-jalan ke mall, yang sebagian besar waktu tertunaikan untuk hajat orang banyak, untuk dakwah, untuk perubahan bagi lingkungannya, dibanding kumpul-kumpul bersama teman sebaya mereka sambil berdiskusi yang tak penting. Bagaimana mereka merawat diri mereka? bagaimana mereka bisa menjadi wanita modern?
Aku menjawab..
Tahukah kamu, bahwa dengan seringnya mereka membaca al Qur’an maka memudahkan hati mereka untuk jauh dari dunia.. Jiwa yang tak pernah terpaut dengan dunia akan menghabiskan harinya untuk memperdalam cintanya pada Allah.. Mereka akan menjadi orang-orang yang lapang jiwanya, meski materi tak mencukupi mereka, mereka menjadi orang yang paling rela menerima pemberian suami, apapun bentuknya, karena dunia bukanlah tujuannya. Mereka akan dengan mudah menyisihkan sebagian rezekinya untuk kepentingan orang banyak dibanding menghabiskannya untuk diri sendiri. Kesucian ini, hanya akan dimiliki oleh mereka yang terbiasa dengan al Qur’an, terbiasa dengan majelis-majelis ilmu, terbiasa dengan rumah-Nya.
Jangan khawatir soal bagaimana mereka merawat dan menjaga diri… Mereka tahu bagaimana memperlakukan suami dan bagaimana bergaul di dalam sebuah keluarga kecil mereka. Mereka sadar dan memahami bahwa kecantikan fisik penghangat kebahagiaan, kebersihan jiwa dan nurani mereka selalu bersama dengan keinginan yang kuat untuk merawat diri mereka. Lalu apakah yang kau khawatirkan jika mereka telah memiliki semua kecantikan itu?
Dan jangan takut mereka akan ketinggalan zaman. Tahukah kamu bahwa kesehariannya selalu bersama dengan ilmu pengetahuan.. Mereka tangguh menjadi seorang pembelajar, mereka tidak gampang menyerah jika harus terbentur dengan kondisi akademik. Mereka adalah orang-orang yang tahu dengan sikap profesional dan bagaimana menjadi orang-orang yang siap untuk sebuah perubahan. Perubahan bagi mereka adalah sebuah keniscayaan, untuk itu mereka telah siap dan akan selalu siap bertransformasi menjadi wanita-wanita hebat yang akan memberikan senyum bagi dunia.
Dan sering sekali, orang tak puas.. dan terus bertanya.. mengapa harus mereka?
Pada akhirnya, akupun menjawab…
Keagungan, kebeningan, kesucian, dan semua keindahan tentang mereka, takkan mampu kau pahami sebelum kamu menjadi lelaki yang shalih seperti mereka..
Yang pandangannya terjaga.. yang lisannya bijaksana.. yang siap berkeringat untuk mencari nafkah, yang kuat berdiri menjadi seorang imam bagi sang permata mulia, yang tak kenal lelah untuk bersama-sama mengenal-Nya, yang siap membimbing mereka, mengarahkan mereka, hingga meluruskan khilaf mereka…
Kalian yang benar-benar hebat secara fisik, jiwa, dan iman-lah yang akan memiliki mereka. Mereka adalah bidadari-bidadari surga yang turun ke dunia, maka Allah takkan begitu mudah untuk memberikan kepadamu yang tak berarti di mata-Nya… Allah menjaga mereka untuk sosok-sosok hebat yang akan merubah dunia. Menyuruh mereka menunggu dan lebih bersabar agar bisa bersama dengan para syuhada sang penghuni surga… Menahan mereka untuk dipasangkan dengan mereka yang tidurnya adalah dakwah, yang waktunya adalah dakwah, yang kesehariannya tercurahkan untuk dakwah.. sebab mereka adalah wanita-wanita yang menisbahkan hidupnya untuk jalan perjuangan.
Allah mempersiapkan mereka untuk menemani sang pejuang yang sesungguhnya, yang bukan hanya indah lisannya.. namun juga menggetarkan lakunya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang malamnya tak pernah lalai untuk dekat dengan-Nya.. yang siangnya dihabiskan dengan berjuang untuk memperpanjang nafas Islam di bumi-Nya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang cintanya pada Allah melebihi kecintaan mereka kepada dunia.. yang akan rela berkorban, dan meninggalkan dunia selagi Allah tujuannya.. Yang cintanya takkan pernah habis meski semua isi bumi tak lagi berdamai kepadanya.. Allah telah mempersiapkan mereka untuk lelaki-lelaki shalih penghulu surga…
Seberat itukah?
Ya… Takkan mudah.. sebab surga itu tidak bisa diraih dengan hanya bermalas-malasan tanpa ada perjuangan…
Taipei, 02 Juni 2010

Jumat, 19 November 2010

Finding Sista


Kaget. Hampir setahun lebih hal itu terjadi dan kini hal serupa terjadi lagi. Dan aku masih saja belum bisa lepas dan tidak kaget.

When I was a little girl I have none to play with except boys. Their life is cheerful so I played with them. Ian is a christian but he has so many toys and his aunty was very kind to me. One thing that I can remember is he often give me some jelly and we play with the cups of jelly. It’s funny. So, I often spend much time to play with him in his house. But, one time… his mother pick him up. Someone said he has moved. And I think It’s the first time I lost my friend.
After Ian had gone, I found two little boys to play with, Fajar and anwar, both are my neighbor.  We play what the little boys play. Bicycling, playing card, car, ball, and sometime we fight. Together we buy some snack, go to the market, climb some three, go to the festival and walking to village near by our house. We’re so happy.  

Menjadi lelaki… tidak, tentu saja tidak! Saya kecil pada akhirnya tentu saja tumbuh menjadi seorang gadis. Tapi tentu saja sepuluh tahun memiliki teman dekat laki-laki membuat saya tidak bisa serta merta jatuh cinta pada dunia yang seharusnya saya cintai. Heran, aneh, dan tidak terbiasa. Tidak terbiasa pada geng main yang harus setia, kemana-mana bareng, pake sesuatu yang sama. Tidak terbiasa dengan pakaian indah berbunga-bunga berenda-renda mengkilat berkilau modis. Tidak terbiasa dengan keinginan tampil cantik layaknya putri kerajaan atau bidadari yang turun dari langit. Tidak terbiasa dengan ngefans sama artis idola. Tidak terbiasa nyanyi lagu lagu cinta.
Tidak terbiasa dengan tiba tiba jatuh hati pada seorang laki-laki yang dianggap keren dan lalu pacaran… bagi saya laki laki tu ya idupnya gitu gitu aja, saya udah biasa ada dalam kehidupan mereka, apanya sih yang Spesial?? Mereka tu jail, iseng, males, sukanya seneng seneng… (krik, lalu selama ini ternyata aku berada dalam kehidupan yang seperti itu ya….hehe)
Yang jelas dunia baru itu membuat saya bimbang… mau bergabung main dengan laki-laki lagi kok rasanya gak mungkin… mau bergabung main dengan cewek-cewek kok rasanya gak menarik, bahkan obrolannya saya gak nyambung, sinetron di TV, saya ga pernah nonton. AFI apalagi. Ngomongin temen lain saya gak kenal, main ke rumah temen jauh, ke pasar gak punya uang…. Dan paling sebel kalau udah ngomongin cinta. STOP! Aku mau pulang saja… tiduran, dengerin radio sambil baca buku. Begitulah Saya dengan segala kekuperan dan ketidak tertarikannya pada duniaku sendiri.

Tujuh belas tahun usiaku waktu itu… aku masih sendiri berkutat dalam diam.

Itu tujuh belas tahun dan aku tersadar. Aku akan lulus SMA dan kuliah. Menjalani hidup layaknya orang dewasa. Aku ingin menjadi duniaku. Aku ingin menjadi hakikatku sebagaimana aku terlahir sebagai wanita. Aku butuh figur…. Untuk mengayomi dan berbagi, untuk diteladani. Kakak, ya aku ingin seperti engkau yang anggun, religius, cerdas dan santun. Kuharap selepas SMA kita bisa bersama. Karena kita telah lama berpisah. Engkau terdidik untuk menjadi pribadi yang istimewa. Jarang kita menghabiskan waktu kecil kita bersama. Karena kutahu kau kecil telah mengemban begitu banyak tugas. Belajar untuk dirimu. Mengasuh dinda, membantu ibu membereskan rumah, memasak dan mencuci.  Usia kita terpaut cukup jauh, 5 tahun. Sehingga engkau telah beranjak remaja ketika kuajak bermain ala kanak-kanak. Ketika itu, aku kelas empat SD… tak sadar bahwa kita tak lagi punya waktu panjang bersama untuk saling memahami dan berbagi.  Aku SMP dan kau kuliah. Kuberkoar-koar begitu bangganya punya kakak yang berkuliah di fakultas kedokteran.
Ya, itu semua sebelum aku berusia tujuh belas tahun…

Dan Ketika tujuh belas tahun segalanya berubah… 

Seorang laki laki tak dikenal datang begitu saja dan menikahi kakak. Begitu tiba tiba, hanya kabar dari orang lain…
Ketika Ayah datang, ia disambut dengan murka mengapa ia mengizinkan lelaki itu seenaknya mengambil kakak dari kami…
… ketika seorang wanita menikah, maka lepaslah tanggung jawab orang tua atasnya…
…Tega, mengapa engkau yang telah membesarkannya, mendidiknya, menyekolahkannya, sampai saat ini lalu begitu saja membiarkannya diambil oleh orang yang tidak dikenal? Siapa yang akan menjamin hidupnya bila tanggung jawabmu telah lepas atasnya...
Sebenarnya saya hanya takut, takut untuk kehilangan, belum siap menerima kehilangan yang secepat itu
… tidak ada murka akan apa yang telah ditetapkan dalam lauh mahfudznya Allah…
… ini bukan zaman siti nurbaya… beliau menimpali. (ini zaman siti nurhaliza… hehehe) 

Beberapa hari setelahnya
…Aku akan menemanimu dik, di sisa waktuku di kota itu…  Janjinya.
Ia menepati janjinya. Dan Saya manusia yang selalu saja merasa kurang. Merasa bahwa ia begitu terpalingkan dengan kesakitannya. Merasa bahwa ia terpalingkan dengan hidup barunya.  

Saya mencintaimu, terimakasih telah membuatku belajar sendiri. 

Setahun lebih berselang……

She appeared seems like bring new hope for me to learn more and share with. Many people said It’s wonderful to be with her because she is so kind and friendly.  Need time to be ready having new roommate, especially that many people said that she is bla bla bla and bla bla bla. I hope she will someone right after my sister no longer accompany me. As my experience before, I’m always feel unmatch and bored. And the most important thing, of course… learning to have manner such she’s done.
She has nice speech
Neat but sometimes untidy yet still we can say it’s neat
Smart, yeah… we can know it when she’s define something
Has so many book, show that she has so much knowledge
No doubt about her religious side cause she grown up in very religious family and also very active in religious activity.
 As new person to room with, so many refusal and annoyed things found. Despite it, I was still hoping in her.  Hoping we can spend time together to talk about many things. Sharing what I think with her. Going somewhere together, like sister.
Hope, yeah It’s just become a dream when the truth come.
Finally, after keeping secrets for many days… She told me that she’ll get married.
What a shocking day!
Then, she just go like wind blow.
If I could choose before, I would choose not to  know her since the first time because I wouldn’t hope and lost it after.
Let the wind blow…
Let it go…
Let them go with their marriage…
And let me alone…

Finding somehow and someone else teaching to be a women

A weak little girl
Nida

Minggu, 29 Agustus 2010

The 1st Year Review



Tidak terasa, sudah satu tahun nida jadi mahasiswa kedokteran. demikian pula udah hampir selesai menjalani hari-hari usia ke-18.banyak hal yang telah saya dapat, banyak pula hal yang belum saya capai.
liburan naik tingkat tinggal sehari lagi. betapa tidak terasa waktu-waktu kosong yang telah saya lewati. hmmm, dua bulan lamanya. memang benar wise word "inna syababa wal faraga mafsadatun"
sesungguhnya masa muda dan waktu kosong merusak kita. bahkan sebenarnya menurut Hasan Al Banna, kewajiban itu lebih banyak dari pada waktu yang terluang. sangat banyak waktu kosong yang telah saya sia-siakan begitu saja.
tidur-tiduran, bermain komputer, menonton televisi, berjalan jalan dan sebagainya. Padahal di sisi lain, saya sebangai seorang muslim dituntut untuk menjadi manusia pembelajar.
 
Belajar dari alam, mengkaji ilmu-ilmu baik sains maupun agama. dan selalu berusaha memperbaiki kualitas intelektual. Demikian pula saya sebagai seorang hamba Allah ditunut untuk senantiasa beribadah.
Memperbaiki kualitas ibadah, meningkatkan kuantitasnya, meluruskan niatnya, apalagi sekarang bulan Ramadhan. Allahumma ighfirli.

Banyak hal yang harus dimuhasabahi pada tahun pertama saya menjadi mahasiswa FK.

Pertama, Sempat merasakan euforia berlebihan saat pertama kali menjejakkan kaki. padahal, setelah beberapa bulan berlangsung euforia berganti dengan kontradiktif.
Kedua, Sempat mengingikan untuk hengkang dari fakultas kedokteran karena rutinitas yang menguras energi, tetapi mengingat perjuangan orang tua agar saya bisa kuliah di sini, maka keinginan itu saya urungkan.
Ketiga, Sempat mengalami letupan emosional yang lumayan besar sehingga cukup merusak sendi sendi kepribadian. Sibuk dengan perasaan sendiri, dan menjadi pendiam.
Diam karena bingung
Diam karena lelah dengan kegalauan di hati
Diam karena ingin lebih banyak melihat dan mendengarkan
Diam karena tak ingin amarah berubah menjadi makian
Diam karena akulah diam.
Diam, mungkin membuat orang berburuk sangka
Tapi Saya dengan segala keterpurukanku hanya bisa menunggu. Membiarkan segala sesuatu berjalan begitu saja. Sampai waktu yang berbicara.
Keempat, kacaunya kondisi psikologis mengakibatkan kacaunya kondisi spriritual saya. hampir satu tahun tidak terjadi peningkatan yang berarti pada kualitas maupun kuantitas ibadah. bahkan cenderung lebih banyak
capaian-capaian yang diraih ketika SMA.
Kelima, saya ibarat terjebak pada lubang yang sama seperti ketika SMA. lubang itu bernama nilai akademik. Diburu tak kenal waktu dan kondisi sehingga menumbuhkan benih benih antisosial dan selfisme.
padahal bila terus mengejar-ngejar kita akan merasa lelah tanpa merasa puas.


Maka, mengawali tahun yang baru ini saya teringat kata kata
khoirunnasi yanfauhum linnas. orang yang terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.
hiduplah sekali, hiduplah yang berarti.... kata orang gontor.

saya tahu jalan ini adalah jalan nan panjang dan berliku

 

jalan ini tidak berakhir hanya pada parkiran bergota
Jangan silau!
jangan silau apabila ada orang pergi ke kampus dengan kendaraan mewah keluaran terbaru

jalan ini tidak berakhir hanya pada citraland, paragon, atau Java mall
Jangan silau!
jangan silau apabila ada orang yang hampir setiap hari memenuhi kebutuhan lifestyle-nya disana

jalan ini tidak berakhir hanya pada saat akhir semester
Jangan silau!
jangan silau apabila ada orang yang begitu disanjung dan dipuji karena nilai

jalan ini tidak berakhir hanya pada saat diwisuda
Jangan silau!
jangan silau apabila ada orang yang berdiri di depan dan diberi selamat oleh rektor sebagai wisudawan cumlaude terbaik

jalan ini tidak berakhir hanya pada saat menjadi dokter
maka,
jangan silau!
jangan silau dengan harta dan kemasyhuran seorang profesional

jalan ini tidak berakhir di sana...
jalan ini berakhir pada suatu masa dimana manusia dari seluruh dunia dikumpulkan...

dipertanyakan
Apa yang telah kau lakukan dan untuk siapa kau melakukan semua itu.

Di jalan ini, saya pasti akan melewati suatu fase dimana kekuatan saya akan melemah
tapi biar saya berhenti sejenak bernafas, meregangkan sendi-sendi yang kaku.
atau mungkin saya akan terjatuh, toh saya masih bisa berdiri kembali.
atau mungkin jika letupan-letupan kecil muncul... saya harus sudah mempersiapkan air yang cukup agar tidak terjadi kebakaran.


semoga bisa lebih baik!

Rabu, 18 Agustus 2010

Be Happy: Safe the Youth from Drugs!


               Kalau ditanya tentang narkoba, otak kita pasti menganalogikan narkoba dengan hal-hal yang mengerikan. Keberadaan narkoba telah menjadi sebuah ironi bukan hanya bagi negara kita, tetapi  juga elemen dari penyakit sosial hampir di semua bangsa. Berawal dari narkoba, dapat muncul penyakit-penyakit sosial lainnya, pencurian, perbuatan asusila, tawuran,  bahkan yang lebih mengenaskan, Pembunuhan. Semuanya bisa terjadi karena barang nan beracun itu.

Narkoba dikenal sebagai singkatan dari Narkotika dan Obat-obatan terlarang. Sebagian orang juga akrab dengan istilah lainnya, NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif). Ada perbedaan antara ketiga zat tersebut. Narkotika merupakan zat yang yang menyebabkan penurunan kesadaran maupun menyebabkan rasa ketergantungan seperti opium ’candu’, ganja, morfin, heroin, dan kokain. Sedangkan Psikotropika merupakan zat baik alamiah maupun sintetik bukan narkotik yang menyebabkan perubahan aktivitas mental dan perilaku seperti amfetamin,psilobisin, LSD (lysergic dietilamine), dan trankuilansia. Terakhir adalah Zat Aditif, yaitu zat-zat baru hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan seperti minuman beralkohol, nikotin (yang terdapat pada rokok), dan inhalansia.

Cara kerja dari narkoba ini beragam dengan “khasiat” yang juga beragam. Justru inilah sebenarnya yang menjadi akar masalah dari narkoba. Penggunaan narkoba ini bagai mesin pembunuh yang sangat efektif. Sekali tobol “ON” nya dinyalakan, mesinnya akan berjalan dengan mengerikan. Selama roda-rodanya berputar. Kematian dan kesengsaraan akan terus di produksi. Sangat sulit untuk mematikannya. Tak ada tombol “OFF” atau kabel yang terhubung dengan aliran listrik karena berbahan bakarkan motif. Ya, alasan-alasan para pemakai narkoba itu akan menjadi bahan bakar bagi mesin pembunuh dirinya sendiri.

Family was the biggest reason of drug’s use. Broken Home, orang tua yang terlalu sibuk bekerja,dan keluarga yang sering berpindah-pindah bisa mengakibatkan sang anak kurang mendapat perhatian. Tidak memiliki cukup pengarahan apalagi ketika beranjak remaja, Si anak tentu berada dalam situasi yang cukup sulit. Remaja yang notabenenya adalah fase mencari jati diri akan dengan mudah mengidentifikasi hal-hal yang ada di sekitarnya untuk di-attach pada dirinya. Tanpa bekal yang cukup dan juga kelabilan diri, maka di sini teman menjadi alasan selanjutnya setelah keluarga. Awalnya hanya coba-coba karena ingin tahu, atau mungkin pada saat-saat pertama menolaknya. Namun, karena gencarnya “promosi” yang dilakukan, akhirnya timbul keinginan untuk coba-coba. Setelah itu, merasakan sensasinya. Kalau sudah begini sekali punya masalah,  narkobalah pelampiasannya .

Banyak fakta yang sangat mencengangkan mengenai narkoba. menurut BNN, dalam sehari rata-rata 41 orang korban narkoba meninggal di Indonesia. Di Indonesia juga, Kerugian ekonomi dari konsumsi narkoba pada 2008 mencapai Rp15,37 triliun. Selain itu berdasarkan data di National Institute on Drug Abuse (salah satu subbagian dari departemen kesehatan Amerika), dalam satu tahun ada sekitar 570.000 orang di dunia meninggal akibat narkoba. 440.000 orang meninggal akibat penyakit yang ditimbulkan oleh merokok, 85.000 orang meninggal akibat minuman beralkohol, 20.000 orang akibat obat-obatan terlarang, dan 20.000 lainnya akibat penyalahgunaan obat-obatan. Lebih miris lagi, kebanyakan pengguna narkoba adalah kaum remaja. Yang artinya hidup para remaja dalam kondisi yang sangat terancam, padahal remaja memiliki potensi yang sangat besar bagi kemajuan bangsa.

Penyalahgunaan narkoba itu sudah sangat meresahkan, karena merusak sendi-sendi kehidupan generasi muda bangsa. oleh sebab itu, butuh solusi yang tepat dan cepat agar penyalahgunaan narkoba ini tidak terus berlanjut. Ada tujuh kiat menanggulangi narkoba yang saya rangkum dalam BE HAPPY.

Pertama, Brave ‘keberanian’. Berani berkata “tidak” pada segala bentuk narkoba. Juga, berani untuk berhenti “make” bagi para pengguna narkoba. Hal ini memang berat, tapi bila memiliki keinginan dan keberanian yang kuat bukan tidak mungkin untuk berhenti dan keluar dari dunia hitam penggunaan narkoba.

Kedua, Empathy ‘Tenggang rasa’. Hal ini penting untuk dimiliki oleh setiap anggota masyarakat dalam menyikapi para atau mantan pengguna narkoba. Orang-orang ini bukan untuk dijauhi atau di hina, melainkan perlu adanya pendekatan secara hati ke hati untuk mengetahui latar belakang ia menggunakan narkoba,masalahnya, juga pemberian motivasi atau support untuk menjauhi narkoba, sehingga dapat menatap ke depan dan memulai hidup baru.

Ketiga, Hospitalization. Penjara bukanlah tempat yang tepat bagi para pecandu narkoba, karena sesungguhnya mereka hanya korban. Selain itu, bila narapidana narkoba digabung dengan tahanan kriminal lainnya, dikhawatirkan semakin memperburuk kondisi kejiwaan dan kesehatan mereka. Ibarat orang yang sedang sakit, para pengguna narkoba harus mendapat pengobatan alias rehabilitasi. Di sini pengobatan bukan hanya dari segi medis maupun psikologi, melainkan juga segi spiritual. Karena kondisi spiritual adalah hal terpenting bagi para pengguna narkoba untuk “sembuh” dari ketergantungan.

Keempat, Action ‘tindakan’. Pemerintah harus bertindak tegas terhadap segala bentuk penyalahgunaan narkoba. Tidak ada ampun bagi produsen atau distributor narkoba. Hukuman berat harus diberikan karena dari tangan merekalah kerusakan bersumber. Bahkan, kalau perlu hukuman mati lebih digalakkan untuk memberikan efek jera bagi para produsen atau pengedar tersebut.

Kelima, Parent’s Guide ‘bimbingan orang tua’. perlunya perhatian orang tua sudah tak perlu dipertanyakan lagi dalam mengatasi pengaruh narkoba dalam pergaulan anak-anak remaja. Orang tua harus berperan aktif dan memberi banyak kontribusi dalam kehidupan anak-anaknya seperti, pemberian arahan, nasihat, motivasi, juga kasih sayang  yang mutlak diberikan. Dengan demikian, hidup anak akan lebih terarah, juga tahu apa yang harus dilakukan sehingga terjauhkan dari dunia penyalahgunaan narkoba.

Keenam, Positive Things ‘Hal-hal Positif’. Remaja harus memenuhi harinya dengan kegiatan yang positif sehingga tak diberi kesempatan untuk mencoba hal-hal negatif termasuk narkoba. banyak hal yang bisa dilakukan seperti berkarya lewat musik, bergabung dengan organisasi sosial, membentuk forum ilmiah, atau beragam kegiatan yang bisa dilakukan sesuai dengan minat masing-masing yang tetap fun tanpa harus berdekatan dengan narkoba.

Terakhir adalah Youthful Spirit. Semangat selalu menjadi ruh bagi segala hal, contohnya semangat para pemuda dalam mewujudkan sumpah pemuda yang menjadi tonggak kemerdekaan Indonesia. Semangat pemuda bagai api yang berkobar tinggi. Hal ini dapat ditiru oleh siapa saja bukan hanya pemuda. Dengan dibarengi semangat yang tinggi, sesulit apapun tujuannya akan terus diupayakan agar dapat tercapai. Demikian pula pada usaha untuk mewujudkan Indonesia yang Bebas Narkoba, maka dibutuhkan semangat yang besar dari semua pihak layaknya semangat para pemuda dulu Semangat akan menyatukan kita semua untuk menjadikan narkoba sebagai musuh bersama sehingga akan bersama-sama pula berusaha untuk menghapuskan penyalahgunaan narkoba dari negeri tercinta ini.

So, be happy! Karena bukan tidak mungkin kehidupan yang bebas dari narkoba akan tercapai dalam waktu dekat, asalkan... ketujuh kiat ini sungguh-sungguh diterapkan oleh pihak terkait.

Jadi Mahasiswa Kedokteran

Nggak terasa, sekarang saya udah berstatus mahasiswi. Meski masih imut2 (huex), masih 18 tahun,  masih polos, masih baru banget, masih nggak tau apa-apa. Yaaa, dibandingkan dengan senior –senior ku yang udah makan asam garamnya dunia perkampusan, nilaiku  tuh masih nol  koma. 

Kampusku Mercusuar
Well, orang sering bilang kalau FK paling bagus di Indonesia itu adalah UI, UGM, dan unair. Yang keempatnya UNDIP tapi undip sering ga disebut… (jadi sedih deh). Ketika pertama kali ngelihat dari luar, lumayan bagus. Mmm… ternyata fk undip punya dua tempat kuliah  Jtapi semester-semester awal  saya kuliah di  bangunan lama. Yang namanya bangunan lama… pasti kesannya gimana…gitu. Saya kuliah di ruangan yang cukup besar, satu kelasnya ada sekitar 90-orang. Kebayang kan kalau di CMBBS, segitu udah satu marhalah. saya belum pernah punya teman sekelas sebanyak itu. Di SD, paling 30-an, SMP 40-an, SMA… riang gembira… Cuma <19 orang sekelas. Lah, ini 90… belum lagi plural banget orang-orangnya. Dari beragam daerah dan suku. Ada yang muslim, , Kristen, hindu, budha… ada semua disini. Yang jelas semuanya adalah orang  Yang jelas semuanya adalah orang  yang cerdas-cerdas. n’kalau ditanya pasti mayoritas adalah Juara Umum di sekolahnya masing-masing. Mereka adalah orang hebat yang datang dari seluruh Indonesia (well,  meski gitu tetep mayoritas Jawa… dan dosennya pun kadang mengajar dengan bahasa  Jawa).
Terus, kalau dibilang  bakal ngubek2 mayat, itu baru bisa dilakuin pas semester dua...
 Kuliah di semester pertama, pelajarannya gak jauh-jauh dari SMA, ada kimia, fisika, biologi, PKN, agama, dan masih ada olah raga. Cuma memang pembahasannya lebih mendalam dan menjurus terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kedokteran. Contohnya Kimia, disitu lebuh ditekankan pada materi mengenai senyawa-senyawa karbon. Dari yang sederhana sampai bagaimana jadi menyusun zat-zat yang ada dalam tubuh spt. Protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin. Fisika juga kebanyakan aplikasi seperti  fisika termal, viskositas, optik, listirik, juga sedikit fisika radiasi. Kalau biologi,  ada biologi sel, terus genetika, imunologi, proses penuaan, dan Reproduksi yang akan dibahas tuntas-tas-tas .Ya.. mau gimana lagi. Untungnya gak ada Matematika… fhew… jadinya emang anak FK itu agak lemah soal itung2an. Tp, hafalannya subhanallah berjibun. So, kudu siap cara menghafal yang baik. O,ya di sini kita banyak melakukan praktikum. Satu minggu bisa tiga kali. 

kadafer bagus banget
Beranjak semester dua, baru kerasa dech jadi mahasiswa fk beneran. Anatomi yang menguras energi fisik dan spiritual (seperti pelahap maut yang menyedot kebahagiaan orang). Histologi yang harus memicingkan mata coz ngeliat mikroskop. Biokimia yang menurutku adalah "pelajaran mengkhayal" karena gak ada yang bisa dilihat dari senyawa2 biokimia yang digambarkan. atau Fisiologi yang soal ujiannya ambigu. Well, semua harus dihadapi dengan senyuman.
Emang sih, dari tahun ke tahun kalo ditanya kuliah paling horor apa, pasti jawabannya adalah anatomi. pertama kali masuk lab anatomi langsung disergap hawa kematian, dingin dan bau bauan aneh. gak jarang ada yang langsung lemes. apalagi pas ngeliat kadafer. Well, tapi tenang aja semua itu akan berlalu. hawa dingin akan berganti dengan hawa panas alias karena sumpek, hawa kematian akan berganti dengan hawa kehidupan karena cuap-cuap mahasiswa yang cenderung menjadi seperti pasar yang ramai. dan bau-bauan aneh.... hahahaha itu akan menempel pada diri anda dan andapun akan terbiasa karenanya.:9
Banyak suka-dukanya jadi mahasiswa kedokteran, saking banyaknya gak bisa ditulis sekarang.... ya, sabar ya... tunggu saja postingan selanjutnya...sipsipsip.

Doctor...
to cure is sometime
to treat is often
to comfort is always.
(dari sebuah buku)

Senin, 19 Juli 2010

Rachel, Full of Life By Brooks Berndt

Wednesday, March 09, 2005



At the age of 23, Rachel Corrie was full of life. At the age of 23, she was a senior in college ignited by a passion for justice. At the age of 23, she traveled to the Gaza strip as an activist for peace. And, it was at the age of 23 that Rachel Corrie knelt to the ground wearing an orange fluorescent jacket as a 9-ton Caterpillar bulldozer came toward her, knocked her down, crushed her with its blade, ran her over, backed up, and ran her over again. At the age of 23, Rachel Corrie was loved by family and friends who would never see her radiant life again.

Rachel was killed trying to prevent the demolition of a civilian home by the Israeli army. Thousands of homes had been demolished, and Rachel along with her companions from the International Solidarity Movement were seeking to prevent further destruction. Through non-violence, this group of international activists was following the lead of Palestinians struggling to end the occupation of their lands.

Activists such as Rachel lived in Palestinian homes with Palestinian families hoping to help fend off attacks and destruction. They used their bodies to send a clear message of solidarity and resistance spelled in the alphabet of arms and legs, torsos and necks, hands and feet. It is this unmistakably human language that Rachel chose to speak in the face of machines programmed for death and devastation.

Of course, Rachel was not the first to die from the angel of death demolition policies carried out by Israel in occupied territories. Far from it, Rachel’s life was only one of many cut short by the sword of this oversized angel which feeds at the trough of US aid. Still, Rachel’s death garnered particular attention because US citizens take note when other US citizens die in the jaws of a winged monster who previously flew in other worlds, not ours. The previous victims were darker and of a foreign people. Our moral radar did not extend to their land and hue.

So, Rachel was not singular in her death, but this does not diminish her bravery. Nor should it diminish what her life can mean to us now. On March 16th, it will have been two years from Rachel’s death, and it is on this day that the memory of Rachel’s life can infuse our own lives with humanness. It is on this day that we can realize our world is also the world of Palestinians. It is on this day that we can realize that our world is also the world of Iraqis and Afghanis. It is on this day that we can look past the small horizons of our small worlds and see the stark, chilling reality of a sky filled with angels of death descending again and again, devouring our world, our humanity.

When we see this death-filled sky, we may choose to look away. We may choose to rationalize a way of focusing our vision elsewhere closer to home. We may say to ourselves, “I can do nothing” or “This problem is too big for me.” But, this is why Rachel’s life is yet again so important. Rachel’s life continues to this day to serve as proof that you and I can do something.

Yes, Rachel died in doing something, and we need not seek martyrdom. But, what is important is the manner of Rachel’s life before her death. Rachel died doing something that made her fully alive. As long as you or I believe that we can’t pursue peace and justice, we are only partially alive. We are only partial citizens of the planet. We are only sometimes concerned about some people. We are only sometimes loving and compassionate to some humans. In truth, to be only partially alive is to be one’s own angel of death.

Ultimately, I believe Rachel’s death should not be cause for despair. It should be cause for hope, a hope that each of us can choose to be more fully human despite grim forecasts of probabilities and risks. If we instead remain captive to our doubts and fears, we will only imprison our greatest potential. We will kill our own heroism by handing the keys of fate over to the angels of death.

On March 16th, let us not only remember the life of Rachel Corrie but let us also remember the possibilities of our own life. On March 16th, let us remember that Rachel Corrie at the age of 23 was full of life, a life that can continue to live through us.